KOTA SEMARANG, BANKOM SEMARANG NEWS.ID – Pelaksanaan Operasi Patuh Candi 2025 yang digelar Polda Jawa Tengah pada Kamis pagi (17/07/2025) diwarnai momen unik dan edukatif. Dalam razia yang berlangsung di Jalan Mayjen Sutoyo, Kampung Kali, Semarang, petugas menemukan dua siswa SMK yang melanggar aturan lalu lintas di saat jam pelajaran masih berlangsung.
Baca juga : Dukung Operasi Patuh Candi 2025, Satlantas Polrestabes Semarang Bagikan Helm Gratis
Dua pelajar berinisial AB dan AV dihentikan petugas karena menggunakan sepeda motor berknalpot brong serta tanpa dilengkapi STNK dan Surat Izin Mengemudi (SIM). Keduanya diketahui masih di bawah umur dan belum layak secara hukum untuk mengendarai kendaraan bermotor.
Namun alih-alih memberikan sanksi tilang langsung, petugas memilih untuk menerapkan pendekatan edukatif. Kedua siswa diminta menghubungi pihak sekolah agar dapat dijemput secara langsung. Tak lama, dua guru dari bagian kesiswaan dan bimbingan konseling datang ke lokasi.
AKP Henry Sulistyanta, Kanit 5 Subdit Gakkum Ditlantas Polda Jateng, selaku perwira pelaksana razia, menjelaskan kepada guru mengenai jenis pelanggaran yang dilakukan para siswa. Ia menyatakan bahwa tidak ada surat tilang yang dikeluarkan, namun sebagai bentuk penegakan hukum yang bersifat mendidik, petugas tetap memberikan surat teguran.
“Kami mengedepankan pendekatan edukatif dalam operasi ini, terutama kepada anak-anak usia sekolah. Keselamatan di jalan raya harus menjadi prioritas. Karena itu, kami libatkan pihak sekolah agar turut aktif menyosialisasikan budaya tertib berlalu lintas,” terang AKP Henry di hadapan guru yang datang.
Baca juga : Satlantas Polres Semarang Gelar Ramcek Gabungan Dalam Ops Patuh Candi 2025.
Polda Jateng sendiri saat ini tengah menggelar Operasi Patuh Candi 2025 selama 14 hari, terhitung mulai 14 hingga 27 Juli 2025. Menurut AKP Henry, keterlibatan sekolah sangat penting dalam membentuk kesadaran hukum sejak usia dini.
Baca juga : Polres Semarang Gelar Ops Patuh Candi 2025, Prioritas Pelanggaran Potensi Kecelakaan.
Dua guru yang menjemput siswa tersebut menyambut baik sikap humanis yang ditunjukkan petugas. Mereka menyatakan komitmennya untuk menyampaikan pesan keselamatan tersebut dalam forum resmi sekolah.
“Terima kasih pak, pendekatan ini sangat baik. Kami akan teruskan kepada kepala sekolah dan semua siswa. Ini menjadi pengingat penting bagi kami untuk lebih ketat dalam pembinaan siswa terkait keselamatan berkendara,” ujar salah satu guru.
Baca juga : Operasi Patuh Candi 2025: Satlantas Kendal Lakukan Pemeriksaan dan Sosialisasi
Razia selama 30 menit tersebut melibatkan 30 personel gabungan dari Satuan Lalu Lintas, Perintis Samapta, dan Propam Polda Jateng. Fokus penindakan diarahkan pada pelanggaran kasat mata, seperti kendaraan tanpa pelat nomor, knalpot tidak sesuai standar, tanpa spion, pengemudi tanpa helm, serta penggunaan ponsel saat berkendara.
Dalam kegiatan tersebut, petugas menerbitkan 8 surat tilang untuk pelanggaran berat dan 5 surat teguran untuk pelanggaran ringan.
Kepala Bidang Humas Polda Jateng, Kombes Pol Artanto, menyatakan apresiasinya atas pendekatan persuasif yang dilakukan di lapangan.
“Langkah tidak langsung menilang, melainkan memanggil guru sebagai penanggung jawab adalah bentuk pendekatan edukatif yang kami kedepankan dalam Operasi Patuh Candi tahun ini,” ujar Artanto dalam keterangannya di Mapolda Jateng.
Ia menambahkan, kesadaran berlalu lintas tidak cukup dibangun melalui penindakan semata. Perlu sinergi antara kepolisian, sekolah, dan orang tua untuk menanamkan pemahaman keselamatan berkendara sejak usia dini.
“Kami harap sekolah ikut berperan aktif mengingatkan siswa untuk tidak mengendarai kendaraan jika belum cukup umur atau belum memiliki SIM. Jangan sampai keselamatan anak-anak dipertaruhkan karena kurangnya pemahaman akan risiko lalu lintas,” pungkasnya.
Baca juga : Operasi Patuh Candi 2025 Dimulai, Polres Kendal Fokuskan Edukasi Lalu Lintas
Operasi ini menjadi gambaran nyata bahwa penegakan hukum tidak selalu harus kaku dan represif. Dengan pendekatan humanis dan edukatif, pesan keselamatan dapat lebih mudah diterima dan memberi dampak jangka panjang, terutama bagi generasi muda. (ADC/.hms)